lailinstar: October 2018

Monday, October 29, 2018 No comments

Fried rice is one of everyone’s favorite foods.

Fried rice could be found in almost everywhere in the world, with different ingredients that makes it special for every country. It’s a dish everyone could make! When mom has no idea for the leftover rice, we usually turn it into fried rice with anything we find inside our fridge. Rice is one of the best ingredients in the world to be combined with almost anything.

Hola!

Hari ini DVD live tour group favorit saya, yang sudah saya tunggu tunggu akhirnya resmi dirilis. Salah satu lagu dalam setlistnya berjudul Parapara Chahan yang selalu sukses membuat saya kelaparan. Dari iklan DVDnya terlihat cuplikan perform lagu tersebut dengan para member bernyanyi membawa perabot dapur dan bahan makanan, wah jadi semakin tidak sabar untuk menontonnya. Hehe.

(Today, my favorite group’s Live Tour DVD is finally released. One of the songs in the setlist titled Parapara Chahan, a song which always successfully makes me hungry over the chahan. From the DVD trailer, they brought the kitchen utensils and ingredients for the performance, can’t wait to watch it yeah)

Jadi, untuk menyambut perilisan DVD tersebut, kali ini saya mau berbagi resep Parapara Chahan yang sudah sukses saya coba. Resepnya dari banyak sumber di internet baik yang berbahasa Inggris maupun berbahasa Jepang. Karena ada berbagai macam resep Parapara Chahan, saya akhirnya menemukan ada 2 macam resep yang berbeda, yang saya jadikan 2 post terpisah.

(So, for celebrating this DVD release, I will share Parapara Chahan recipes, which I’ve tried successfully. The recipes are from internet, both in English and Japanese. Since there are so many recipes, I finally found the 2 different recipes, which I will post them separately later)

Baca juga : [ RECIPE ] PARAPARA CHAHAN/パラパラチャーハン (Japanese Style Fried Rice) (PART 2)

Tapi apa sih sebenarnya Parapara Chahan itu?

Chahan termasuk hidangan serapan dari Cina yang kemudian diadaptasi menjadi hidangan Jepang. Karena chahan menggunakan nasi Jepang yang bulir berasnya pendek dan lebih cepat menyerap air maka nasinya lebih lengket. Kemudian ada istilah Parapara Chahan, dimana parapara yang dimaksud adalah mudah dipisahkan, nasinya tidak menggumpal, pada salah satu website menyebutkan nasinya tidak berminyak.

(But, what is Parapara Chahan?

Chahan is originally a Chinese dish which got adapted into Japanese cuisine. Since it uses Japanese rice which is the short grain one and absorbs water quickly, the rice has sticky texture. Then we have Parapara Chahan where parapara means crumbly texture, the rice isn’t soggy. One website mentioned it's not oily)

Baca juga : [ RECIPE ] Parapara Rawon Chahan (Rawon Fried Rice)

Karena nasi di rumah saya kurang lebih seperti itu, menggumpal dan lengket, maka resep Parapara Chahan ini paling cocok saya pakai.

(Since my usual rice has sticky texture and soggy, the Parapara Chahan recipes really help me)

PARAPARA CHAHAN

Serving : 1 person

Prep time : 15 mins

Cooking time : 15 mins

Total time : 30 mins

Ingredients :

A plate of warm cooked rice

1 clove garlic

¼ onion

25 gr mayonnaise

1 egg

½ teaspoon salt

1 teaspoon pepper

1 teaspoon shoyu (Japanese soy sauce)

1 sausage

1 teaspoon sesame oil

1 slice fried tempe (optional *)
Scallion (green part only)

Directions :

1. Mix rice and mayonnaise well on a plate. Chop garlic, onion and scallion. Slice sausage into small pieces. Slice fried tempe thinly.

2. Beat the egg in a bowl

3. Set the frying pan on high heat, pour sesame oil into the pan, sautee the onion and garlic until fragrant, then pour the beaten egg, stir quickly.

4. Add the sausages, fried tempe and rice. Stir quickly.

5. Do seasoning with salt, pepper and shoyu. Stir well.

6. Remove from the heat. Serve with chopped scallion.

PS :

*) I added my favorite fried tempe (sliced thinly) into the chahan, the original Parapara Chahan doesn’t have tempe in it.

It's a simple fried rice you can make at home. Feel free to tell me your experience in making your own fried rice especially this Parapara Chahan in the comment box below

Wednesday, October 24, 2018 9 comments

Tamarind and vegetables in a clear soup are best combination for a hot dry season like this. Whenever I lose my appetite due to the high temperature, mom always makes this soup for our lunch.

Indonesian Vegetables Tamarind Soup or Sayur Asem or Jangan Asem is one of popular soup dish in Indonesia. Although there are plenty recipes of Sayur Asem or Jangan Asem, I find all of them uses the same tamarind and galangal for the soup. While some of them do the stir-frying, the others don’t. The vegetables used is depending on the location. In other city, we will find chicken or beef stock is used for the soup, while another city uses ginger and red chili for spicy tamarind soup.

Since I live in East Java, the dish is called Jangan Asem. The East Java versions are usually using shrimp paste (terasi) for the taste, but it’s grandma’s recipe which removes shrimp paste (terasi) and makes the soup clearer.

This time, I’ll share my all time favorite Jangan Asem recipe made by mom. It’s the simplest and the easiest one, with less ingredients and less vegetables, but refreshing and delicious to eat in a hot dry season.

Serving : 4-5 persons

Prep time : 10 minutes

Cooking time : 15 minutes

Total time : 25 minutes

Ingredients :

150 grams kacang panjang (long beans)

A handful of taoge (bean sprouts)

1 teaspoon of asam jawa (tamarind)

1-2 slices of 1 inch lengkuas (galangal)

½ - 1 teaspoon of salt

2-3 teaspoons of sugar

5 shallots

3 cloves garlic

8 small tomatoes

800 ml water

Direction :

1. Boil water in a medium pot. Cut long beans into 1 inch long, and the small tomatoes into half. If you use the bigger tomatoes, cut into 4. Chop the garlic and onion into pieces.

2. Put the chopped onion and garlic into the boiling water, then add tamarind and galangal. Let it boil for about 5-7 minutes.

3. Add long beans and bean sprout. Cook for about 2 minutes.

4. Do seasoning with salt and sugar. Adjust the taste, so it balances between the sweet and sour.

5. Add tomatoes into the soup. Turn the heat off.

Additional notes :

1. Sayur Asem or Jangan Asem is usually served with rice, kerupuk, fried fish, and sambal terasi. But you can eat it without those above. I eat Jangan Asem first, then having my rice and fried fish later.

2. You can add more vegetables like unrippen jackfruit, corn, carrot, or melinjo leaves for the soup. Basically Jangan Asem or Sayur Asem is a soup with tamarind, shallots, garlic and galangal boiled together with other ingredients to create a sweet-sour-fresh taste.

3. If you prefer your vegetables are softer, cook the vegetables longer to remove the crunchiness.

Friday, October 19, 2018 1 comments

Pernahkah kita menyadari bahwa kata-kata atau pertanyaan yang kita ucapkan mungkin saja bermakna berbeda bagi lawan bicara kita? Meskipun yang kita ajak bicara adalah teman dekat atau saudara sendiri? Sebuah kalimat yang kita anggap lucu, bisa saja menyinggung perasaan orang-orang dengan latar belakang tertentu. Sebuah kalimat yang menurut kita sepele, bisa saja bagi orang lain adalah sebuah kalimat yang sangat berpengaruh baginya. Sebuah kalimat yang biasa kita ucapkan, bisa saja melukai orang lain.

“Gitu aja baper, biasa aja kali”

Dengan atau tanpa kita sadari, kata-kata yang terucap dari mulut kita turut berperan mempengaruhi kehidupan seseorang, mempengaruhi bagaimana cara dia berpikir dan bersikap dalam kesehariannya. Bisa membuatnya takut untuk berbuat baik, atau malah mendorongnya melakukan hal-hal yang tidak baik.

“Ini artinya kita peduli”

Jalan hidup yang sudah dipilih seseorang lengkap beserta segala risikonya adalah hak orang tersebut untuk menjalaninya.

Tidak ada yang tahu alasan seseorang memilih satu jalan hidup. Tidak mudah untuk memahami manusia, bahkan oleh manusia itu sendiri. Tidak mudah juga untuk tidak berburuk sangka atas ketidaktahuan kita.

Kenyataan yang kerap terjadi di masyarakat kita adalah orang-orang yang lebih banyak jumlahnya menciptakan sebuah pandangan negatif terhadap satu jalan hidup yang ‘berbeda’ yang dipilih seseorang. Menciptakan dinding pemisah, menjadikannya bahan tertawaan, atau bahkan mengucilkannya.

Padahal orang tersebut tidak berbuat kejahatan, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya. Dia bekerja di saat orang lain tertidur lelap. Dia menolong orang lain. Dia ikut menjadi sukarelawan bencana alam. Dia mengajarkan anak-anak ilmu pengetahuan.

Dia adalah orang yang baik. Hanya saja dia memiliki sudut pandang berbeda. Memiliki keputusan dan jalan hidup berbeda. Memiliki latar belakang berbeda. Memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Memiliki tampilan fisik yang berbeda.

Tanpa kita sadari, kita sudah turut berbuat jahat kepada orang lain atas nama ‘kepedulian’

Kalau seperti itu jadinya, bukankah lebih baik tidak ada kepedulian lagi?

Memang benar, sebagai manusia kita memiliki rasa peduli untuk memberi bantuan kepada orang lain. Namun, haruskah sebuah kepedulian dibungkus dengan kata-kata dan sikap yang melukai? Bagaimana kepedulian kita bisa dipahami, jika dari bungkusnya saja sudah ditolak mentah-mentah?

Lalu kita harus bagaimana?

Tidak semua orang yang kita temui butuh nasihat atau saran dari kita. Dia sudah lebih dulu mengetahui apa yang harus dia lakukan. Dia sudah memiliki rencana jangka panjang untuk melakukan kebaikan. Dia sudah sedikit demi sedikit berjuang untuk hidupnya. Dia sudah mempertimbangkan sisi positif dan sisi negatif dari keputusan yang diambilnya setelah berpikir sangat lama. Dia sedang bekerja keras.

Dia sudah banyak menerima kata-kata yang tidak baik dari orang-orang di sekitarnya yang hanya melihat dari luarnya saja.

Dia sudah lelah dengan kata-kata yang sama.

Di suatu waktu, dia hanya butuh didengarkan. Dia tidak ingin dihakimi. Dia hanya ingin seseorang dengan lembut mengatakan “Semua akan baik-baik saja” “Aku yakin kamu bisa”

Saturday, October 13, 2018 8 comments

Setiap hari Jum’at minggu pertama bulan Oktober, seluruh dunia merayakan World Smile Day, yang sudah dilangsungkan sejak tahun 1999. Maka, tidak ada salahnya bagi kita yang terkadang lupa untuk tersenyum, meluangkan sehari saja dalam setahun untuk tersenyum dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar kita. Saya membuat postingan ini untuk terutama mengingatkan diri saya sendiri akan pentingnya tersenyum dalam keseharian saya.

“Aku percaya kebahagiaan ada pada orang-orang yang selalu tersenyum”

Ya benar, kebahagiaan yang berada paling dekat dengan diri kita ada senyuman kita sendiri. Mungkin ada yang berpikir ‘Bukankah kita tersenyum karena ada sesuatu yang membuat bahagia?’. Itu tidak salah. Namun, senyuman itu sendiri adalah sumber kebahagiaan. Bagaimana bisa?

Menurut Dr. Isha Gupta, seorang neurologist dari IGEA Brain and Spine, senyuman memicu reaksi kimia dalam otak, yang menyebabkan terlepasnya hormon dopamine dan serotonin. Hormon dopamine meningkatkan perasaan bahagia, sedangkan serotonin adalah hormon yang berkaitan dengan penurunan stress. Kadar serotonin dan dopamine yang rendah bisa berkaitan dengan depresi, sedangkan peningkatan kadar keduanya mampu memperbaiki mood, semangat dan menenangkan sistem syaraf. Ketiga hal ini tentunya akan mempengaruhi perasaan bahagia pada diri kita.

Senyuman juga memicu otak untuk melepaskan neuropeptides, yang merupakan protein yang mengatur semua proses sel dan cara sel berkomunikasi satu sama lain. Neuropeptides mempengaruhi kerja otak, tubuh dan segala aktivitas secara garis besar mulai dari mengurangi rasa sakit, penyerapan makanan, metabolisme, reproduksi, proses pembelajaran dan proses mengingat. Sehingga dengan sebuah senyuman, selain kita bisa merasa bahagia, juga kerja sel dalam tubuh kita bisa terbantu untuk berjalan dengan seharusnya.

“Saat kau tersenyum, aku juga ingin tersenyum”

Dengan kemampuan unik dari tubuh manusia, segala kebaikan yang didapatkan dari sebuah senyuman mampu menular dari satu orang ke orang lainnya. Hal ini dikarenakan manusia memiliki mirror neuron yang bereaksi ketika melihat sebuah aksi. Seperti namanya, mirror neuron memungkinkan kita untuk meniru aktivitas yang kita perhatikan, neuron ini dikaitkan dengan kapasitas manusia untuk berempati, baik saat melihat senyuman atau ekspresi wajah lainnya. Hal inilah yang memicu kita untuk ikut tersenyum saat melihat orang lain tersenyum.

Selain itu, kita mampu merespon sebuah senyuman karena kita merasa dicintai atau dihargai dan juga karena merasakan atmosfer positif dari senyuman tersebut. Kita akan merasa telah melakukan sesuatu yang baik sehingga seseorang memberikan senyuman kepada kita, sehingga hal ini membuat kita bahagia dan memicu kita untuk tersenyum juga. Begitu pula dengan orang lain, maka jangan ragu untuk sekedar memberikan senyuman pada orang-orang di sekitar kita.

Senyuman memberikan pesan perdamaian dan kehangatan pada semua orang yang melihatnya. Bahkan orang lain yang tidak diberi senyuman, namun melihat senyuman satu orang pada orang lainnya pun bisa merasakan pesan positif tersebut. Pernah menonton film atau drama yang hangat dimana tokoh-tokohnya saling tersenyum satu sama lain? Secara tidak sadar, kita mungkin tersenyum saat menonton adegan tersebut. Saat itulah mirror neuron kita bekerja. Dengan adanya kemampuan unik manusia ini, mari kita bagikan lebih banyak kebahagiaan pada orang-orang di sekitar kita, hanya melalui sebuah senyuman ramah.

Senyuman adalah satu-satunya bahasa universal yang bisa dipahami oleh semua orang dari segala kalangan dan usia di seluruh dunia. Beberapa hewan (seperti anjing dan kambing, pada beberapa penelitian) pun lebih menyukai berada di dekat manusia yang tersenyum. Maka, melalui World Smile Day ini, kita mendapat kesempatan untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik dengan tersenyum untuk diri sendiri dan membagikannya kepada orang lain. Tidak ada ruginya membagikan kebahagiaan dan cinta untuk sesama manusia dan makhluk hidup lain, malah kita mendapatkan banyak manfaat darinya. Jadi, tak usah berpikir panjang lagi, mari tersenyum, setidaknya sekali setahun.

*) Quotes from : Fukuwarai by Takahashi Yu
**) Title image edited by me, photo by Thomas Young

Friday, October 05, 2018 2 comments